Sore itu, sepulang kerja aku harus mampir ke sebuah pertokoan untuk membeli susu anakku yang paling kecil, Inasa yang yang baru berumur tiga tahun. Usai mengambil belanjaan aku mengantri di kasir, persis dibelakang seorang ibu yang membawa dua orang anak, yang paling kecil digendong di pundakbya, dan yang satu lagi usia sekitar 6 tahunan memegang baju ibunya. Aku amati pakaian mereka, mereka seperti memakai pakaian terbaik mereka hari itu. Betapa hatiku terenyuh ketika melihat mereka hanya membeli dua butir jeruk. Ketika ia membuka dompetnya, ia mngeluarkan ribuan kumal yang tidak beraturan untuk membayar 2 butir jeruk itu. Aku sungguh menyesal belum sempat aku memberi sedikit reziki yang kupunya, ibu itu telah berlalu.
Apa yang baru saja aku saksikan begitu menyentuh sanubariku. Aku mencoba menerjemahkan apa yang dilakukan ibu dengan dua anaknya di pertokaan tadi. Pemahamanku menerjemahkan bahwa mereka berkunjung bukan untuk berbelanja, mereka menyadari itu bukan tempat untuk berbelanja karena harga-harga yang tertera di setiap barang yang ditata rapi tidak pernah bisa diajak kompromi dengan kondisi keuangan mereka. dia datang kepertokoan untuk rekreasi menikmati kelusan dan kesejukan pertokoan tersebut bersama kedua anaknya karena tempat rekreasi yang ada tak mampu ia kunjungi ,dan aura kebahagiaan itu aku liet disaat sedang membayar dikasir tak ada rengekan dan tangisan dari kedua anaknya .
Kisah nyata tersebut mengajarkan aku untuk menyukuri setiap rezeki yang aku miliki dan mengajarkan aku pula untuk menjadi diri sendiri. Belanja sesuai kemampuan tanpa harus mengikuti orang lain.. Label: Pengalaman Sehari-hari |